SYMPOSIUM ON CHURCH CHORAL MUSIC 15-18 January 2010

GEREJA SMTB TEMPOE DOELOE

9 10

13 2

03 04

Foto Retret Misdinar (22-24 Juni 2009)

26

3

IMG_2682.

IMG_2581

IMG_2482

Foto-foto Reksa Pastoral

DSCN7623

DSCN7550

DSCN7543

DSCN7529

DSCN7505

Santo Hieronimus

Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja

(Pesta 30 September)

Eusebius Hieronimus, Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya. Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama,

Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh. Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia, Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.

Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384).

Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang. Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.

Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani. Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustakia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. Ia dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai Pujangga Gereja yang besar.

Sumber : Orang Kudus Sepanjang Tahun

Gereja Dan Kitab Suci

GEREJA DAN KITAB SUCI

Yesus Kristus dan Gereja-Nya

Kita akan melihat dan mengalami bahwa iman dan tobat itu hanya dapat kita capai bila kita membiarkan diri kita ditolong oleh Yesus. Dengan membuka diri bagi Yesus kita akan mengenal Dia, bukan hanya pengajaran-Nya, tapi juga pribadi-Nya. Yesus bukan hanya seorang tokoh zaman kuno. Sampai saat ini pun Ia masih hidup dan berkarya. Hingga sekarang pun kita dapat berkomunikasi dengan-Nya.

Yesus Kristus memperkenalkan diri melalui Gereja. Jadi, kita mengenal-Nya dengan perantaraan Gereja yang ada di sekitar kita, yaitu umat beriman yang sudah ada.

Maka dari itu, sejak menjadi katekumen haruslah kita berusaha untuk mengenal umat Katolik setempat (selingkungan, sewilayah maupun separoki) dan bergaul akrap dengan mereka dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lingkungan, wilayah itu ( misalnya pendalaman iman, pendalaman Kitab Suci, devosi dsb). Kita tidak dapat menjadi orang Katolik seorang diri.

Allah memperkenalkan diri-Nya

Gereja Katolik dalam pewartaannya bersumber pada Kitab Suci. Kitab Suci merupakan Sabda Tuhan kepada kita. Kitab Suci disusun berdasarkan pengalaman umat beriman yang merasakan bahwa Tuhan itu ada, hadir, dan berkarya dalam hidup mereka.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama umat beriman sudah mempunyai pengalaman tentang hadir dan berkaryanya Allah. Dengan iman mereka melihat Allah dalam kejadian-kejadian yang mereka alami. Allah mencipta, Allah memelihara, Allah menyelamatkan, dan Allah bersabda melalui para nabi dan melalui peristiwa-peristiwa sehari-hari. Dalam Perjanjian Lama diungkapkan bagaimana Allah memanggil Abraham untuk menjadikannya bangsa yang besar, bagaimana  kemudian bangsa ini dididik oleh-Nya dengan perantaraan Musa dan para nabi agar mengakui-Nya sebagai Allah yang Esa, yang hidup dan benar, dan sebagai Bapa Penyelenggara dan hakim yang adil. Bangsa itu juga dididik oleh-Nya untuk menantikan Juru Selamat yang terjanji. Dengan demikian berabad-abad lamanya Allah mempersiapkan jalan bagi pewartaan Injil.

Hadirnya, bersabdanya dan berkaryanya Allah mencapai puncaknya dalam Perjanjian Baru ketika Allah bersabda kepada kita dalam diri PutraNya (Ibr 1:1-12). Putra-Nya telah diutus untuk tinggal di antara kita dan mengungkapkan kepada kita tentang isi hati Allah. Dialah Yesus Kristus, Sabda yang menjadi manusia. Ia menuturkan sabda Allah dan melaksanakan karya keselamatan. Dengan perkataan dan perbuatan, dengan tanda dan mujizat, tetapi terutama dengan wafat serta kebangkitan-Nya dari maut, dan akhirnya dengan mengutus Roh Kudus, Ia menunjukkan bahwa Allah beserta kita untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa dan maut serta membangkitkan kita untuk hidup kekal. Sesudah Kristus wafat dan bangkit, murid-muridNya mengerti siapakah Dia itu sesungguhnya dan mereka beriman kepada-Nya. Dalam sinar iman mereka mengenangkan peristiwa-peristiwa kehidupan, wafat, dan kebangkitan Yesus dari Nazaret. Kemudian iman mereka  itu mereka ungkapkan bagi orang lain. Mereka memberi kesaksian bahwa Yesus dari Nazaret yang menderita, wafat dan bangkit adalah Penyelamat manusia. Kesaksian itu mereka teruskan secara lisan. Itulah yang disebut Tradisi Lisan.

Berangsur-angsur kesaksian mereka itu dicatat oleh para rasul dan para murid rasul yang diilhami oleh Roh Kudus dalam Kitab-kitab. Itulah yang disebut Kitab Suci Perjanjian Baru. Perjanjian Baru selesai ditulis beberapa puluh tahun sesudah Kristus.

Kitab Suci adalah Sabda Allah

Kalau kita ingin mengenal seseorang, kita memperhatikan apa yang dikatakan dan apa yang dikerjakan orang itu. Begitu pula bila kita ingin mengenal Allah, kita perlu memperhatikan apa yang dikatakan dan dikerjakan Allah dalam peristiwa-peristiwa keselamatan, lebih-lebih dalam Pribadi Yesus Kristus. Dan ini kita temukan dalam Kitab Suci. Dalam Kitab Suci Allah memperkenalkan Diri, Allah mewahyukan Diri. Dengan membaca Kitab Suci kita bertemu dengan Kristus.

Wahyu Allah termuat dalam Kitab Suci. Dalam menulis Kitab Suci itu para pengarang mendapat ilham (dorongan, tuntunan dan terang) dari Roh Kudus. Dengan demikian Kitab Suci terjadi berkat kerja sama antara Tuhan dan manusia.

Pembagian Kitab Suci

Kitab Suci meliputi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Lama terdiri dari 45 kitab besar kecil: semuanya ditulis sebelum Kristus. Kitab-kitab Perjanjian Lama dapat dibagi dalam 3 golongan:

  • Kitab-kitab sejarah (antara lain kitab-kitab Taurat)
  • Kitab-kitab kebijaksanaan (antara lain kitab Mazmur)
  • Kitab-kitab para nabi (antara lain Yesaya dan Yeremia)

Kitab Suci Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab:

  • Keempat Injil (kesaksian-kesaksian tentang Yesus, karangan Matius, Markus,Lukas dan Yohanes),
  • Kisah para rasul
  • Surat-surat para rasul (yang terbanyak dari Paulus).
  • Kitab Wahyu.

Pentingnya membaca Kitab Suci

Dalam Kitab Suci Tuhan bersabda kepada kita secara pribadi. Mungkin dalam bentuk wejangan, mungkin dalam kisah, ceritera, perumpamaan, atau renungan. Itu masih akan kita selidiki, supaya maksud Kitab suci yang sebenarnya dapat kita pahami dengan tepat dan supaya pesannya dapat kita tangkap. Kitab Suci itu Sabda Tuhan bagi kita: bapak, ibu, pemuda, anak, sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing yang selalu berkembang.

Kitab Suci harus kita terima dan kita baca dengan iman. Maka kita menyerahkan diri kepada Allah yang menolong kita oleh Roh-Nya. Dialah yang menggerakkan dan mengarahkan hati kita serta membuka mata budi kita untuk mengimani kebenaran yang diwahyukan.

Namun kita tidak hidup seorang diri. Kita hidup bersama dengan umat beriman lainnya, sebagai anggota Gereja Kudus. Kita memiliki Kitab Suci karena Gerejalah yang menyampaikannya kepada kita. Gereja Kudus mendengarkan Kitab Suci dengan saleh, memeliharanya dengan khidmat dan menjelaskan bagi kita dengan setia, dengan dibantu oleh Roh Kudus ( Dei Verbum 10)

Renungan

“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putra-Nya” (Ibr 1:1).

Sumber : Warta Gembira Untuk Calon Baptis, Ikutilah Aku

PERTOBATAN

Materi Untuk Katekumen, Minggu 21 s/d Sabtu 27 September 2008

2. TOBAT

Dalam pelajaran minggu lalu telah dibicarakan bagaimana menjadi orang beriman. Iman itu suatu anugrah dari Tuhan, bukan hasil usaha manusia . Untuk itu beriman berarti rela terbuka dan menjawabi kehendak Allah dan iman itu dinyatakan dalam tindakan hidup sehari-hari. Bila kita menghendaki iman bertumbuh, maka sikap dan semangat TOBAT harus dibangun terus menerus.

Bertobat berarti : Kerelaan dan kemampuan melihat kembali sikap dan cara hidup kita untuk kemudian memperbaruinya menurut apa yang diajarkan Yesus.

Bertobat itu merupakan tuntutan Injil. Seruan Yesus ketika datang di Galilea untuk mewartakan Kerajaan Allah ialah, BERTOBATLAH DAN PERCAYALAH KEPADA INJIL” (Mrk 1:15). Dengan demikian Yesus mengulangi seruan Yohanes Pembaptis yang telah tampil lebih dahulu untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus.

Sampai akhir hidup-Nya Yesus selalu menekankan perlunya pertobatan itu. Ketika memberi pesan terakhir kepada murid-muridNya, yang akan meneruskan karya yang telah dimulai oleh Yesus, Ia memberi pesan, “Jadikanlah semua bangsa muridKu baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat28:19-20)

Rasul Yakobus menegaskan hal tersebut dengan mengatakan:”hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1:22).

Kita dapat bertobat kalau dibantu oleh rahmat Allah . Pertobatan itu suatu proses perjalanan rohani di mana kita beralih dari “manusia lama” menjadi ‘manusia baru’. Sebagaimana manusia baru kita menerima Kristus sebagai “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Peralihan ke manusia baru itu merupakan suatu perubahan perilaku yang hanya dapat terjadi lambat laun dan tahap demi tahap, sama seperti berkembangnya iman.

Tidak semua sikap kita yang lama diubah. Misalnya kalau sebelumnya kita sudah yakin bahwa manusia harus jujur dan sudah berusaha untuk hidup jujur, kita harus tetap dalam pendirian itu. Itulah contoh perintah-perintah Allah yang sudah tersirat dalam hati semua orang. Kristus tidak datang untuk menghapus perintah-perintah itu, melainkan untuk menggenapinya (bdk. Mat 5:17)

Kalau kita sudah mulai hidup menurut pengajaran Kristus, tidak jarang akan terjadi bahwa orang-orang tertentu di lingkungan kita tidak senang lagi dengan kita, mengejek kita atau tidak lagi mau bergaul dengan kita. Yesus Kristus sendiri dulu disebut sebagai “tanda yang menimbulkan perbantahan” (Luk 2:34). Jadi, tidak mengherankan kalu murid-muridNya mengalami nasib yang sama. Namun sebaliknya kita juga akan mengalami bahwa Allah memberi hiburan kepada para murid-Nya tanpa takaran (bdk. Ad Gentes, 13)

Refleksi

1. “manusia lama’ mana yang akan saya tinggalkan sebagai ungkapan tobat saya?

2. Apa tantangan menjadi “manusia baru” yang akan saya pilih?

3. Apa arti peran ALLAH & RAHMAT ALLAH bagiku saat ini?

Tugas : menghayati dan menghafal doa tobat.

DOA TOBAT

Allah yang maharahim,

aku menyesal atas dosa-dosaku,

sebab patut aku Engkau hukum,

terutama sebab aku telah menghina Engkau

yang mahamurah dan mahabaik bagiku.

Aku benci akan segala dosaku,

dan berjanji dengan pertolongan rahmatMu

hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi.

Allah, ampunilah aku, orang berdosa.

Materi Untuk Katekumen, Minggu 14 s/d Sabtu 20 September 2008

1. Aku ingin menjadi orang beriman

  • Apa Percaya itu ?

Menyerahkan diri dengan segenap hati kepada seseorang sebab orang tersebut dapat diandalkan

  • Iman ?

Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, sambil memperasembahkan ketaatan akal budi dan kehendak sepenuhnya kepada Allah Pewahyu dan menyetujui dengan rela Wahyu yang diberikan ( bdk. Dei Verbum 5) Dan Allah telah mewahyukan diri kepada kita dengan perantaraan Yesus Kristus.

Beriman juga berarti kerelaan menanggapi tawaran Allah yang berkehendak menyelamatkan kita.

Bagaimana agar seseorang dapat bertumbuh menjadi seorang yang beriman?

  • Iman itu anugrah dari Tuhan, bukan hasil usaha kita belaka.
  • Menurut KS (Yesus) : “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” ( Yoh. 6:44)
  • Tuhan menawarkan rahmat iman kepada kita, namun kita dapat membuka hati untuk menerimanya atau malah sebaliknya: menutup diri. *

Bagaimana seseorang dapat menanggapi tawaran dari Allah?

  1. Membuka hati sepenuhnya untuk menerima dan menghargai apa saja yang baik dan benar yang kita dapati sebab dengan demikian kita membuka hati bagi Allah, sumber segala kebaikan dan kebenaran.
  2. Bertingkah laku yang sesuai dengan kebaikan dan kebenaran yang sudah kita temukan.

” Barang siapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang” ( Yoh. 3:21)

  1. Berdoa. Dengan doa kita ditarik kepada-Nya yang memberikan ‘terang iman’ itu kepada kita.

KESIMPULAN

  • Menjadi orang Katolik harus orang beriman.
  • Tidak cukup hafal doa dan mengerti materi yang diajarkan Katekis.
  • Iman harus tumbuh dalam hati karena pengaruh rahmat Allah.
  • Iman itu berproses, tidak bisa hanya 3,4, 5, 6 bulan saja.

Para katekumen diharapkan tetap sabar dengan dirinya sendiri agar iman itu dapat tumbuh dalam hatinya*

Refleksi

  1. Apa artinya iman bagiku ?
  2. Apa artinya bagiku ketika Yesus mengatakan bahwa orang hanya dapat datang kepada-Nya kalau ditarik oleh Bapa ?
  3. Bagaimana Sikap yang benar agar saya dapat tertolong menjadi orang yang beriman?
  4. Refleksi saya,mengapa saya menjadi katolik!

Yang berkenaan dengan Katekese Paroki SMTB dapat menghubungi Bp. Harjanto ( 031 71287298 // 08165412060 atau email harkat_sby@yahoo.com atau yuliusharjanto@ymail.com

SANTA EUSTAKIA – PERAWAN

Eustakia adalah putri bungsu Santa Paula, janda seorang bangsawan Romawi. Ia dikenal sebagai gadis Romawi pertama yang mengikrarkan kaul kemurnian hidup bagi Kristus. Oleh Santo Hieronymus, pembimbing rohaninya di Betlehem  Eustakia diberi julukan “Bunga para Gadis”

Ketika ibunya Paula meninggalkan segala-galanya dan berangkat ke Palestina untuk mengurbankan hidupnya demi Kristus dan kepentingan  sesama, Eustakia menemaninya. Ia mau menjadi seperti ibunya dalam hal pengabdian kepada Kristus dan sesama. Di Palestina, mereka berdua bersama-sama mengunjungi berbagai tempat suci yang pernah disinggahi Kristus sesama hidupNya. Paula, ibunya mendirikan sebuah biara di Betlehem dan Eustakia menjadi salah satu anggota biaraitu.

Sepeninggal ibunya, Eustakia menjadi pemimpin biara, Eustakia benar-benar  menunjukkan teladan hidup yang cemerlang dalam mengamalkan segala kebajikan Kristiani demi kemuliaan Kristus.

Santo Hieronymus sangat mengagumi cara hidup Eustakia, Ada beberapa surat yang ditulisnya kepada Eustakia  untuk menunjukkan kekagumannya pada cara hidup Eustakia. Dalam salah satu suratnya ia menulis: “Eustakia, anakku dan adikku yang terkasih di dalam Kristus, Tuhan! Umurku dan kasih-sayangku memperkenankan aku menggunakan kata-kata seperti itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan engkau untuk menjadi orang terkemuka di antara para gadis Romawi. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat tenagamu agar tugasmu yang suci mulia itu kauselesaikan sampai tuntas di dalam nama Kristus Tuhan kita. Kiranya kebahagiaan yang telah kauperoleh dari Kristus, tidaklah hilang karena kebodohan yang hanya menuntut pengorbanan yang setengah-setengah.”

Sebaliknya cara hidup Eustakia menjadi dorongan moril yang besar bagi Santo Hieronymus dalam usahanya menyelesaikan terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa latin. Setelah mengabdi Tuhan dalam waktu yang cukup lama, Eustakia meninggal dunia pada tahun 419. Tidak lama kemudian Santo Hieronymus pun menyusul dia ke dalam kebahagiaan surgawi yang tak kunjung berakhir.

Sejarah Gereja

SEKILAS RIWAYAT SANTA MARIA TAK BERCELA

RIWAYAT BERDIRINYA

Sejarah berdirinya Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela Ngagel di Surabaya secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : pada tahun 1958 merupakan titik awal tonggak berdirinya paroki SMTB yang dikenal dengan paroki Ngagel. Pada saat itu didaerah Ngagel dan sekitarnya sebagian besar masih merupakan persawahan dan ladang, namun pada sebagian area telah dimulai pembuatan kapling – kapling perumahan.

Keuskupan Surabaya dengan pandangan jauh kedepan mempergunakan kesempatan tersebut ikut membeli beberapa kapling tanah untuk mempersiapkan pendirian gedung gereja beserta rumah pasturan dan gedung sekolah dimasa mendatang. Dan situasi politik pada masa itu mendorong beberapa pihak tertentu untuk bertindak diluar hukum, yaitu dalam waktu singkat daerah ini diserbu oleh ratusan keluarga dengan mendirikan rumah – rumah secara liar; termasuk pendirian bangunan liar diatas lahan yang telah dibeli Keuskupan Surabaya tersebut.

Akan tetapi pembangunan perumahan resmi didaerah ini dapat berjalan dengan baik, sehingga bertambah umat Katolik yang berdian didaerah ini. Oleh karenanya mulai dirasakan oleh Keuskupan akan pelayanan dan pembinaan iman Katolik untuk kebutuhan umat Katolik didaerah Ngagel dan sekitarnya yang pada waktu itu masih merupakan Wilayah 5 dari Paroki Hati Kudus di Darmo.

Maka untuk meningkatkan karya pelayanan dan pembinaan iman Katolik para umat di Ngagel, kemudian Keuskupan menyediakan sebuah rumah biasa yang bertempat di Jalan Ngagel Jaya Tengah VI / 17 Surabaya untuk dipergunakan sebagai tempat ibadah kebaktian darurat dan diresmikan serta diberkati untuk penggunaannya pada tanggal 5 Nopember 1967. Sedangkan tugas pelayanan dan pembinaan unbtuk pertama kali dipercayakan kepada Pastur M. Van Driel CM; yang kemudian terakhir dipercayakan kepada Pastur H.A. Massen CM yang dipindahkan dari Blitar ke Surabaya.

Kemudian mengingat perkembangan jumlah umat pada waktu itu mulai banyak maka dirasakan perlunya membangun rumah ibadah yang lebih besar. Pada tanggal 9 April 1968 dimulai penggalian pondasi diatas tanah kosong yang telah tersedia tersebut. Dan pada tanggal 8 Desember 1968 bertepatan dengan pesta nama “Santa Maria Tak Bercela”, gereja baru yang merupakan sebagian dari bangunan SDK “Santa Clara” di Jalan Ngagel Madya nomer 1 Surabaya, diberkati oleh Mgr. J.A.M. Klooster CM selaku Uskup Surabaya.

Gereja tersebut masih bersifat sementara dengan status Stasi dari Paroki Darmo yang mempunyai daya tampung sekitar 350 umat. Dan karena belum ada rumah pasturan, maka gembala pastur H.A. Massen CM masih tinggal di Pasturan Paroki Darmo; dan pelayanan beliau pada umat di Ngagel merangkap bertugas pada Stasi Sidoarjo.

Bersamaan dengan pembangunan gereja ini, mulai dibangun pula gedung TK dan SD yang kemudian kepengurusannya diserahkan kepada para suster dari Kongregasi Missonaris Claris yang kemudian menjadi dikenal dengan sekolah “Santa Clara”.

Sementara jumlah umat Katolik didaerah Ngagel dan sekitarnya berkembang pesat jumlahnya, maka Pastur H.A. Massen CM mengusulkan agar daerah baru ini sebagai suatu paroki baru, yang disetujui oleh Mgr. J.A.M. Klooster CM pada tanggal 9 April 1969 sebagai Paroki Santa Maria Tak Bercela dengan Pastur Kepala Paroki yang pertama adalah Pastur H.A. Massen CM. Berbekal kemauan keras dari Pastur H.A. Massen CM, maka pembangunan rumah pasturan dapat mulai dibangun dan pada tanggal 20 April 1970 diberkati penggunaannya oleh Mgr. A.J. Dibyokarjono pr, Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya pada saat itu.

Pada tanggal 19 September 1971 dimulai penggalian pondasi untuk pembangunan gereja tahap I dengan pembeayaan dari sebagian digali dari swasembada umat dengan cara mengadakan bazaar amal dan usaha – usaha lainnya, sebagian lainnya dari sumbangan para dermawan dan juga dari Walikota Surabaya melalui Sub Direktorat Kesejahteraan Rakyat (Kesra); dan sebagian lagi dari dana yang berhasil dikumpulkan oleh Pastur H.A. Massen CM selama cuti di Belanda. Maka pembangunan gereja tahap I dapat dilaksanakan dengan singkat. Dan pada tanggal 24 Desember 1972 – gereja tahap I diberkati penggunaannya oleh Uskup Surabaya Mgr. J.A.M. Klooster CM dan pengguntingan pita dilakukan oleh Ibu Soekotjo, istri Walikota Surabaya. Gereja ini mempunyai daya tampung sekitar 700 umat.

Dikarenakan daya tampung gereja sudah tidak dapat menampung umat yang melakukan ibadah disana, maka rencana pembangunan gereja tahap II mulai disusun walaupun dana belum cukup tersedia dari anggaran yang direncanakan.

Dengan modal tekad yang kuat pada tanggal 23 Oktober 1974, para umat mulai menggali pondasi untuk bangunan gereja tahap II. Segala daya dan dana dikerahkan dengan penuh semangat pengabdian; walaupun penuh dengan tantangan yang harus dihadapi. Namun dengan pertolongan dari Bunda Maria pelindung paroki, pembangunan pondasi dan dinding – dindingnya dapat diselesaikan. Karena kelelahan maka Pastur H.A. Massen CM terpaksa dengan berat hati meninggalkan pekerjaan yang belum selesai tersebut untuk berobat di Belanda karena penyakit yang dideritanya.

Biarpun ditinggal gembalanya, dengan adanya kerja keras para panitia pembangunan beserta umat yang sadar akan tanggung jawabnya maka pembangunan gereja tetap diteruskan sehingga kerangka atap dapat dipasang.

Sekembalinya dari berobat, pastur H.A. Massen CM langsung melanjutkan pembangunan gereja tahap II dan akhirnya dengan pertolongan Bapa Yang Maha Kasih serta bantuan tak terhingga dari para umat paroki Ngagel; pembangunan gereja tahap II dapat diselesaikan dan diberkati oleh Mgr. J.A.M. Klooster CM. Upacara peresmian dengan pengguntingan pita yang dikukuhkan oleh seorang Pejabat Kotamadya Surabaya dan disaksikan oleh Bimas Katolik, Kanwil Depag Dati I Jawa Timur.

Gedung gereja tahap II kemudian dipergunakan sebagai Gedung Pertemuan dan dapat disatukan dengan gereja tahap I; sehingga merupakan ruangan ibadah kebaktian yang dapat menampung sekitar 1.500 umat dengan balkon keliling kiri – kanan – belakang. Bangunan gereja tersebut bertahan sampai dengan tahun 2001 yang kemudian dirombak untuk memenuhi tuntutan jaman dan kebutuhan umat yang membeludak.

Foto BIAK

BIAK 1

BIAK 1

BIAK 2

BIAK 2

BIAK 3

BIAK 3